Rabu, 19 Mei 2021

Dilema Istana

Hai kamu, iya kamu.
Kamu yang baru datang dan memasuki duniaku dikala aku membutuhkan sosok pangeran. Maafkan aku, aku yang salah karena tidak berkata jujur waktu itu. Diistanaku ada seseorang yang sudah lama tinggal dan menetap, salahku mengundangmu masuk dan kamu langsung menduduki singgasana yang telah lama sepi itu. Namun diistana ini tidak ada dayang ataupun pelayan yang bergosip, sehingga seseorang yang telah menetap tak pernah tau kalau singgasana itu sudah ada yang memiliki.

Istana tak mampu untuk menampung dua insan walau istana itu juga tidak sempit, tapi pondasi-pondasi yang menopang tak sekuat baja, melainkan serapuh papan tua yang mulai retak. Ruangan yang ditinggali insan itu terkunci dari dalam, ku tak dapat mengusirnya. Dan ku tak ingin mengusir insan yang menduduki singgasana itu juga. Andai ku tau siapa ia, akan kuperintahkan istana untuk mengumumkan kepemilikan singgasana. Namun, ia hanya duduk dan tersenyum tanpa kata-kata yang membuatku ragu untuk mendobrak pintu yang terkunci itu.

Hai kau, insan yang bertengger disinggasana.
Mampukah kau mendengarku, aku ingin mendengarmu, aku ingin kau berusaha membuat istana yakin kalau kau pantas menduduki singgasana itu untuk selamanya. Aku ingin bertanya apakah kau sanggup memperjuangkan singgasana itu hanya untuk dirimu, aku akan membantu jika kamu bersedia menghormati istana yang akan jadi tempat tinggalmu. Ku tak ingin ada pemberontakan yang menjadikan istana jatuh dan hancur berkeping-keping.

Raher, 7 Juni 2020